Wednesday 5 November 2025 - 12:23
Sirah Fatimiyah: Teladan Praktis Perjuangan Beriman Melawan Arogansi Global

Hawzah/ Ayatullah Alamolhoda menegaskan: Keteladanan hidup Sayyidah Fatimah az-Zahra (sa) merupakan pedoman praktis dan terang dalam perjuangan beriman melawan arogansi global. Umat Islam harus merumuskan strategi perlawanan mereka berdasarkan logika jihad Sayyidah Zahra (sa).

Berita Hawzah – Dalam peringatan hari kesyahidan Sayyidah Fatimah az-Zahra (sa) yang digelar Selasa malam, 13 Aban (4 November), di Mashhad, Iran, Ayatollah Sayyid Ahmad Alamolhoda, perwakilan Pemimpin Tertinggi di Provinsi Khurasan Razavi, Iran menyampaikan bahwa keutamaan dan kemuliaan Sayyidah Fatimah (sa) begitu agung hingga Rasulullah (saww) bersabda: “Jika seluruh kebaikan diwujudkan dalam satu sosok, maka sosok itu adalah Fatimah.” Artinya, seluruh keutamaan dan kesempurnaan tercermin dalam pribadi suci beliau.

Beliau menambahkan, keutamaan bukanlah satu-satunya keunggulan Sayyidah Fatimah (sa); beliau juga memikul peran pembinaan dan pendidikan bagi seluruh kaum mukmin, khususnya para pencinta kepemimpinan Ahlulbait (as) di setiap zaman.

Dengan menekankan dimensi jihad dan perlawanan terhadap arogansi dalam kepribadian Sayyidah Fatimah (sa), Ayatollah Alamolhoda menyatakan bahwa inti perjuangan beliau bukan semata-mata untuk merebut kembali tanah atau harta seperti Fadak. Fadak memang memiliki tempat dalam kehidupan Ahlulbait dan diberikan oleh Nabi (saww) sebagai hadiah, namun perjuangan utama Sayyidah Zahra (sa) adalah untuk mencegah penyimpangan kepemimpinan dari jalan wahyu dan menjaga prinsip imamah serta wilayah.

Beliau menjelaskan, jika perjuangan itu hanya demi kepentingan materi, maka khutbah Fadak yang fasih dan perlawanan hingga ambang kesyahidan tidak dapat dijustifikasi.

Ayatullah Alamolhoda menegaskan bahwa Fadak sebagai sumber kebaikan dalam kehidupan Ahlulbait memiliki fungsi sosial dan amal, dan pembagian hasilnya kepada kaum miskin mencerminkan gaya hidup keluarga suci tersebut. Namun, tujuan utama Sayyidah Fatimah (sa) adalah membela hak wilayah dan memastikan kelangsungan kepemimpinan umat dalam bingkai wahyu.

Beliau menambahkan, misi kenabian bukan hanya menyampaikan wahyu dan Al-Qur’an, tetapi juga mencakup pengelolaan dan penyucian sosial. Jika kepemimpinan umat terpisah dari wahyu, maka penyucian sosial tidak akan tercapai.

Merujuk pada isi khutbah Fadak, beliau menyatakan bahwa khutbah tersebut merupakan bentuk protes dan peringatan kepada umat atas penyimpangan dari puncak risalah dan prinsip kenabian. Penyimpangan ini menjadi kerugian besar bagi umat yang dampaknya akan berlangsung sepanjang sejarah.

Anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (majlis khobregon) itu menekankan bahwa imamah adalah struktur yang melanjutkan wahyu, dan kepemimpinan umat harus tetap berada di jalur wahyu. Bahkan di masa ghaibnya Imam ma’sum, legitimasi kepemimpinan harus bersandar pada otoritas yang berasal dari Imam ma’sum.

Beliau menegaskan bahwa karakter jihad Sayyidah Fatimah (sa) tidak berhenti pada ucapan; beliau berdiri teguh pada prinsipnya, berjuang, dan berkorban hingga mencapai kesyahidan.

Mengutip riwayat dari Ahlulbait (as), beliau menyatakan bahwa Sayyidah Zahra (sa) adalah hujjah Allah atas para imam dan umat, dan jalan pencerahan beliau menjadi dasar perlawanan terhadap thaghut (pemimpin zalim) dan setiap arus penyimpangan dalam sistem imamah dan kepemimpinan.

Ayatullah Alamolhoda menutup dengan mengingatkan tentang kezaliman terhadap Ahlulbait (as) dan pentingnya melanjutkan perjuangan melawan arogansi dan penyimpangan dari jalan wahyu. Ia menegaskan bahwa pesan Karbala dan keteladanan Fatimah menuntut agar perjuangan dan jihad tidak mengenal batas, dan pembelaan terhadap hak wilayah dan imamah harus terus berlanjut hingga kebenaran terwujud.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha